Sabtu, 25 Desember 2010

NASEHAT PELUKIS “MOOI INDIE” KETURUNAN SEMARANG DAN KARYANYA TENTANG ALAM MINANG

Ditulis Haslizen Hoesin dan Tarmizi Firdaus

Pribadi Yang Unik

Pada suatu hari di jalan Paseban (sekarang Jln Perintis Kemerdekaan), berhadapan dengan bioskop Eri (sebelunya bernama Rex) dan kantor Kehutanan, dihadapan bangunan lama, seorang anak kecil tertabrak sepeda. Orang-orang ramai berkerumun, mereka menyalahkan si pengendara sepeda, gara-gara anak kecil tertabrak. Ada yang menuding-nuding, ada yang memaki. Si pengendara sepeda lebih banyak diam. Bagaimana dia mau membela diri, orang sebegitu banyak. Biasanya, kalau ada anak kecil tertabrak, pastilah orang dewasa yang disalahkan. Bagaimana menyalahkan anak kecil yang belum mengerti apa-apa? Wajah penabrak semakin pucat, keringatnya mengalir.

Tiba-tiba, di tengah orang banyak itu muncul orang tua. Orang tua itu membawa sebuah gelas berisi air minum. Disodorkan air minum kepada pengendara sepeda, sambil berkata: “Saudara pasti haus, minum dulu, istirahat dulu”. Orang-orang yang berkerumun terheran-heran, mengapa orang tua itu baik benar. Lebih heran lagi, yang tertabrak itu adalah cucunya sendiri! Seharusnya, dialah yang paling galak kepada si pengendara sepeda. Tetapi tidak! Bahkan sempat-sempatnya dia menawarkan air minum dan menenangkan penabrak itu.

Siapakah orang itu? Orang tua itu bernama Wakidi. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa Wakidi adalah pribadi yang unik. Beliau sangat sederhana dan bersahaja.

Masa Kecil, Sekolah Dan Mengajar

Wakidi lahir di Plaju Palembang Sumatera Selatan, menurut beberapa teman menyebutkan tahun 1889. Orang tua Wakidi berasal dari Semarang. Meninggal di Bukittinggi 1979. Meninggalkan dua istri dan 12 anak. Putra pak Wakidi yang mengikuti jejak beliau adalah Idran. Irdan tamatan Seni Rupa IKIP (sekarang UNP-Padang) dan kini mengabdikan diri di almamaternya. Karya-karya tidak jauh berbeda dengan bapaknya, Wakidi.

Wakidi mulai melukis sejak usia 10 tahun. Semasa kecil senang menggambar ulang karya-karya Raden Saleh Bustaman yang diperoleh melalui buku-buku, majalah atau foto-foto. Inilah yang menyebabkannya akrab dengan dunia seni lukis. Wakidi mendapat pendidikan seni lukis di Kweekshool Bukittinggi (terkenal juga dengan Sekolah Normal atau Sekolah Raja) dan sempat belajar dengan pelukis Belanda bernama Van Dick di sekolah tersebut. Setelah selesai, kemudian menjadi guru di almamaternya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Wakidi). Pernah pula menetap dan mengajar di INS Kayutanam pimpinan Mohammad Syafei. Sesudah kemerdekaan mengajar di SMA Landbouw Bukittinggi.

Lukisan Wakidi

Dalam catatan seorang mahasiswa senirupa, karya-karya lukisan Wakidi yang mengambil tema-tema pemandangan alam Ranah Minang, telah dimulai sejak pelukis ini menggali ilmu di Kweekshool. Banyak muncul lukisan-lukisan pemandangan saat itu khas Minangkabau. Oleh karena itulah pada masa tersebut, Wakidi lebih dikenal sebagai pelukis Mooi Indie (Hindia Molek), yang memiliki kecendrungan untuk mengungkap obyek karya pada hal-hal yang romantik dengan alam. Wakidi tidak sendirian dengan corak Mooi Indie. Dia adalah satu diantara tiga pelukis Naturalistik Indonesia yang terkemuka di zamannya. Pelukis lain itu adalah Abdullah Surio Subroto (1879-1941) (ayah dari Basuki Abdullah) dan Pirngadie (1875-1936). (http://id.wikipedia.org/wiki/Wakidi.)

Lukisan Wakidi dibuat dari berbagai media seperti cat minyak, cat air dan sketsa tinta “cina”. Lukisan yang cukup terkenal diantara lukisan-lukisannya adalah cat minyak berjudul “Baralek” dan “Ngarai Sianok”, cat air seperti “Mahat”, “Pemandangan di Payokumbuah”, “Kehidupan Di Kaki Gunung Marapi”, “Danau Maninjau” dan “Rumah Bagonjong” yang begitu rinci dan menawan. (Muharyadi, 2005. SMKN 4 Padang)

Beliau banyak berkarya, hampir semuanya dikoleksi orang, sehingga Wakidi tidak pernah mengadakan pameran lukisan. Karya-karya beliau banyak dikoleksi oleh istana keperesidenan dan sejumlah tokoh penting seperti wakil presiden Indonesia, bung Hatta dan Adam Malik. Pertama kali karya Wakidi dikenal luas oleh masyarakat (publik) penikmat seni di Sumatera Barat, manakala pelukis ini pertama kali memamerkan tidak kurang dari 15 karya tahun 1920 di Bukittinggi.

Dibalik pro-konta kehadiran Wakidi di zamannya, kehadiran Wakidi dalam peta sejarah seni lukis di tanah air, sebenarnya tidak dapat disingkirkan begitu saja. Beliau merupakan penggalan sejarah seni lukis modern di Indonesia setelah era Raden Saleh Bustamam. Bahkan tidak sedikit pendapat pengamat seni di tanah air menyebutkan bahwa karya-karya lukis di zaman Hidia Belanda, termasuk Wakidi di dalamnya yang memulai dan menstimulasi lahir generasi S Soedjono, Hendra Genawan, Affandi dll.

Tentang lukisan Wakidi, mahasiswa senirupa (Fes), berkata: “Alangkah bahagianya, ketika suatu kali saya menonton lukisan internasional di Jakarta, saya melihat lukisan Wakidi dipajang dalam satu ruang dengan Picasso dan pelukis-pelukis kelas dunia lainnya. Bahagia dan senang!”

Menetap Di Daerah

Saat perang kemerdekaan berkecamuk di Ranah Minang, Wakidi memilih menetap di INS Kayutanam, pimpinan Mohammad Syafei. Setelah kemerdekaan RI banyak tawaran yang datang kepada Wakidi. Di antaranya dari Abu Hanifah sebagai Menteri Pendidikan dan Pengajaran menawari menjadi kepala Jawabatan Kebudayaan, bahkan Presiden RI Soekarno pernah menawarkan kepada Wakidi sebagai pelukis Istana. Semua di tolak secara halus dengan alasan banyak menyita waktu untuk melukis. (Muharyadi, 2005. SMKN 4 Padang)

Wakidi yang lebih suka menetap di daerah, tidak seperti pelukis lain lebih suka di Jawa, pantas untuk dikenang sebagai tokoh, bahkan maestro dalam konstelasi seni rupa Sumatera Barat. Wakidi telah menciptakan sejarah sendiri di ranah kebudayaan Minang bahkan di Indonesia. Dalam konteks seni lukis dengan corak naturalistik yang menggali alam Minang. Hal ini lah yang menjadikan Wakidi sangat membumi dengan lukisan-lukisannya. Maka Wakidi dan alam tidak bisa dipisahkan karena alam adalah kehidupannya.

Selanjutnya baca pada “blog Bukik Ranah Ilmu”

Senin, 10 Mei 2010

SEKILAS PENDIDIKAN MENENGAH DI BUKITTINGGI

Ditulis Oleh Haslizen Hoesin

Mungkin para alumni siswa SMA Negeri di Bukittinggi tidak banyak yang mengetahui bahwa SMA I Lanbouw, SMA II Birugo dan SMA III Aua Kuniang awal sejarahnya di mulai di gedung “rumah baca” yang terletak di samping jalan Panorama dan Kantor Asisten Residen. Gedung ini balenggek (berlantai dua). Lantai bawah ruangan untuk belajar, lantai atas digunakan untuk rapat oleh pemerintah Belanda (Zulqayyum). Sekolah itu disebut Normal School (Sekolah Normal).

Sekolah Normal (Normal School) di Bukittinggi di dirikan melalui “decrite” pemerintah Belanda pada tanggal 1 April 1856. Dalam bahasa Belanda Sekolah Normal sebut Kweekschool (Sekolah Guru). Asisten residen Solok, Van Ophuijzen dipindahkan ke Bukittinggi bertugas sebagai pengawas umum Sekolah Normal tersebut, termasuk kurikulumnya. Kegiatan sehari-hari sekolah diawasi oleh kepala sekolah bernama Abdul Latif berasal dari Kotogadang (Gaves dan Azizah). Sekolah Normal didirikan untuk mengatasi pegawai Belanda.

Bila disebut Van Ophuijzen, sebagian besar orang akan kenal nama tersebut. Lewat sekolah ini Ophuijzen di bantu Abdul Latif mengembangkan tradisi keilmuan di Ranah Minang. Masih ingatkan anda dengan ejaan Van Ophuijzen, disinilah ejaan itu di munculkan dan dikembangkan. Sekarang kita kenal adalah ejaan yang popular disebut Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Selanjutnya baca pada Bukik Ranah Ilmu, http//lizenh.wordpress.com

PESAN PAK SJAIFUL JAZAN DI TAHUN 73

Ditulis Oleh Haslizen dan Syaiful Abbas

Pendidikan

Pak Saiful lahir di Rejai tahun 1913, Tajungpinang. Pandidikan yang ditempuh, HIS di Tanjungpinang, MULO di Bukittinggi, PHS (Prins Hendrik School) di Jakarta. Di PHS ini bahasa pangantar disekolah bahasa Belanda, bahasa wajib Parancis dan Jerman.
Selesai pendidikan bekerja di Jakarta. Saat perang kemerdekaan pulang kekampung. Beliau sempat pula menyeludupkan senjata dari Singapore saat perang kemerdekaan.

Mengajar dan Semangat

Tahun 1949 Pak Sjaiful mengajar di SMA Pemuda Bukittinggi. Sekolah Pemuda ini lama pendidikannya lima tahun sesudah selesai Sekolah Rakyat (setara SD sekarang). Sekolah Pemuda itu setara dengan SMP + SMA. Berhenti mengajar di sekolah Pemuda tahun1954 karena sekolah tersebut bubar.

Sejak tahun 1954 sampai terjadi PRRI bekerja di Padang (perusahaan swasta). Sesudah PRRI sampai 1980 mengajar di SMA PSM dan SMA 1B. Pak Sjaiful tidak bisa diangkat jadi pegawai negeri, karena umur sudah melebihi 40 tahun, saat mendaftar pegawai negeri. Pak Sjaiful Jazan mengajar di SMA I Landbouw bahasa Jerman dan Prancis sebagai guru honorer.
Pada tahun 1972 pak Sjaiful mengikuti pelatihan bahasa Jerman di Guthe Institute Jakarta. Tahun 1980 melatih guru bahasa Jerman.

Sesuatu yang tidak dapat dipercaya bahwa pak Sjaiful bila mengajar ke SMA I Landbouw setiap hari berjalan kaki (dua kali) melitasi Ngarai Sianok. Penduduk Bukittinggi khususnya, kabupaten Agam pada umumnya, mengetahui bahwa jalan melintasi Ngarai itu melewati tangga naik-urun dan sebagian jalan mendaki-menurun. Sejak tahun 1980 bila pulang beliau tidak lagi melewati tangga dan jalan Ngarai, tapi naik angkot di depan Hotel Jogja. Ya, ya……., sungguh hebat semangat pak Sjaiful, patut diteladani.

Pak Sjaiful Jazan wafat 18 Juli 2006 pukul 02.00. Meninggalkan seorang istri asal Kotogadang, nama baliau Nurana dan tiga orang anak yaitu Qamaruzzaman (MT. Ir.), Khalilul Rahman (Prof. dr. SPM (K)) dan Khairul Husni (MBA).

Selanjutnya baca pada Bukik Ranah Ilmu, http://lizenhs.wordpress.com

Senin, 22 Desember 2008

Teknologi Tepat Guna

Ditulis oleh Haslizen Hoesin


  1. Teknologi


Teknologi adalah pengetahuan yang digunakan untuk membuat barang, menyediakan jasa serta meningkatkan cara dalam menangani sumber daya yang penting dan terbatas. Teknologi dikembangkan untuk membuat hidup lebih baik, efisien dan mudah.

Teknologi yang dibahas dari beragam teknologi satu diantaranya adalah Teknologi Tepat Guna (TTG) yaitu suatu teknologi yang memenuhi, persyaratan: teknis, ekomomi dan sosial budaya.



  1. Pengertian TTG


TTG merupakan alih bahasa secara cukup longgar dari “appropriate technology”, suatu pengertian yang mempunyai makna tertentu, pada dasarnya, dilihat dari aspek teknis. Perujudan TTG banyak ditemukan dalam bentuk teknologi tradisional yang dipraktekkan oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat tersebut, kecil sekali peluang memiliki kesempatan memakai teknologi maju dan efisien, yang merupakan pola teknologi dari masyarakat maju/industri. Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju. Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG.

Pengenalan teknologi semacam TTG, dihadapkan kepada beragam nama, tergantung pada dimensi yang dicakupnya seperti: teknologi tepat, teknologi pedesaan, teknologi madya (intermediate), teknologi biaya rendah (low cost technology), teknologi padat karya (labour intensive technology) dan lain-lain. Kiranya tidak perlu diperdebatkan tentang pengertian sematik, mengingat selera berbeda-beda. Pengertian yang terkandung dan tersirat pada terminologi berbagai TTG di atas kiranya sudah cukup jelas.



  1. Kriteria Dan Syarat TTG


Menilai ketepat gunaan suatu teknologi, dalam hal ini, yang memberikan makna atau pengertian berhubungan dengan masalah pembangunan pedesaan atau masyarakat berpenghasilan rendah. Menurut Suwarto Martosudarjo dari LIPI makna/pengertian yang perlu digaris bawahi kriteria ketepat gunaan teknologi itu bahwa: 1) Teknologi itu ekonomis (viable), 2) Teknologi itu dapat dipertanggung jawabkan (technically feasible) dan 3) Teknologi dapat beradaptasi secara mapan kepada lingkungan kultur dan sosial pada sesuatu lokal yang kita perbincangkan (socially acceptable and ecologically sound).

Dalam bentuk pengertian lain TTG adalah hasil dari pendekatan kepada masalah-masalah pembangunan. Menilai TTG adalah dalam pengertian kebutuhan yang nyata dan sumber-sumber yang tersedia, tidak dalam pengertian “maju” yang telah ada. Pendekatan ini menyadari bahwa perbedaan ekonomi, geografis dan kebudayaan memerlukan teknologi yang berbeda dan pembangunan hendaknya menjadi pengabdi kepada manusia dan bukan sebagai tuan atau raja bagi kebutuhan manusia.

Banyak rumusan lain mengenai Teknologi Tepat Guna. Rumusan berikut adalah yang dianut Pusat Teknologi Pembangunan – ITB (PTP – ITB). PTP – ITB mengajukan tiga kriteria/persyaratan yang harus dipenuhi suatu teknologi disebut TTG yaitu Teknis, Sosial dan Ekonomik.

Persyaratan Teknis meliputi:

  1. Memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan baku yang di import.

  2. Jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus dapat diterima oleh pasaran yang ada, baik dalam maupun luar negeri.

  3. Menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasar dengan sarana angkutan yang tersedia dan yang masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindarkan kerusakan atas mutu hasil (produk) serta menjamin kesinambungan peneyediaan pasokan (suplay) cukup teratur.

  4. Memperhatikan ketertersediaan peralatan, serta opersi dan perawatannya demi kesimanbungan (kontinuitas) persyaratan teknis.

Persyaratan Sosial meliputi:

  1. Memanfaatkan keterampilan yang sudah ada atau kerterempilan yang mudah pemindahannya, serta sejauh mungkin mencegah latihan ulang yang sukar dilakukan, mahal dan memakan waktu

  2. Menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus menerus berkembang.

  3. Menekan serendah mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan pengangguran ataupun setengah pengangguran.

  4. Membatasi timbulnya ketegangan sosial dan budaya, dengan mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas tertentu,

  5. Menjamin agar peningkatan produksi serasi dengan peningkatan yang merata atas pendapatan

Persyaratan Ekonomik

  1. Membatasi sesedikit mungkin kebutuhan modal,

  2. Menekan, sehingga minimum kebutuhan akan devisa,

  3. Mengarahkan pemakaian modal, agar sesuai dengan rencana pengembangan lokal, regional dan nasional

  4. Menjamin agar hasil dan keuntungan kembali kepada produsen dan tidak menciptakan terbentuknya mata-rantai baru.

  5. Mengarahkan usaha pada pengelompokan secara koperatif.



  1. Kesesuaian (Ketepat Gunaan)


Kapan suatu teknologi itu yang sesuai (tepat guna)? Suatu pertanyaan yang sering diajukan. Berbagai jawaban dikemukakan. Dari beberapa jawaban-jawaban dan bertolak dari kriteria dan syarat TTG yang dikemukakan diatas, dapat diajukan beberapa ketentuan bahwa suatu teknologi dikatakan sesuai (tepat guna):

    1. apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang tersedia banyak di suatu tempat,

    2. apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang terdapat sedikit disuatu tempat,

    3. apabila teknologi itu dapat sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat setempat dan

    4. apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/masalah yang sebenarnya, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala perencananya.

Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi tersebut tidak perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan masalah serupa. Apa yang sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di lain tempat.

Oleh karena itu tujuan TTG adalah melihat pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu dan menganjurkan mengapa hal itu “sesuai”.



  1. Ciri-ciri TTG


Sebagaimana telah dikemukakan pada kriteria dan syarat dan kesesuaian TTG, dapat dikemukakan ciri-ciri yang cukup menggambarkan TTG (walaupun tidak berarti sebagai batasan) adalah sebagai berikut:

    1. Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri, pengubah energi, transprtasi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan,

    2. Biaya investasi cukup rendah/relatif murah,

    3. Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat,

    4. Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya

    5. Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam/energi/bahan secara lebih baik/optimal dan

    6. Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada “pihak luar” (self-realiance motivated).



  1. Pendidikan Teknologi


Teknologi adalah upaya manusia untuk membuat kehidupan lebih sejahtera, lebih baik, lebih enak dan lebih mudah. Bila seseorang mengupas sabut kelapa dengan gigi dan kemudian berusaha mengupas dengan kapak yang dibuat dari batu dari batu, kejadian seperti ini termasuk kedalam teknologi pula. Ada nilai pengembangan alat di sana. Kalau begitu orang beranggapan bahwa teknologi harus bercirikan mesin-mesin industri yang besar, pesawat terbang atau komputer tidaklah tepat.

Oleh karena itu, pendidikan teknologi adalah usaha mengenali keadaan lingkungan dan kemampuan masysrakat dalam mengantisipasi lingkungannya. Setelah mengenal keadaan lingkungan dan kemampuan (masyarakat), pendidikan teknologi harus berusaha mengembangkan kemampuan masyarakat dalam dalam mengantisipasi lingkungan, sehingga hidup masyarakat lebih mudah, lebih enak dan yang terpenting lebih sejahtera. harus bercirikan. Bila ingin menerapkan teknologi terutama TTG perlu pendidikan.



  1. Penerapan TTG


Penerapan TTG adalah sebuah usaha pembaruan. Meskipun pembaharuan itu tidak mencolok dan masih dalam jangkauan masyarakat, tetapi harus diserasikan dengan keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat serta alam. Kalau tidak, maka usaha pembaharuan itu akan mendapat hambatan yang dapat menggagalkan usaha permbaharuan tersebut.

Usaha pembaharuan itu dirancang sedemikan rupa sehingga seluruh masyarakat merasa bahwa pembaharuan adalah prakarsa mereka sendiri. ABerarti di dalam pembaharuan teknologi itu, terdapat minat dan semangat dalam masyarakat tersebut.

Banyak orang keliru sangaka: kalau orang membawa pompa bambu, biogas, pengering dengan energi radiasi matahari sederhana kedesa, maka orang itu telah menerapkan teknologi tepat guna. Membawa paket-paket teknologi sederhana tersebut kesebuah dasa belum dapat dikatakan sebagai penerapan teknologi tepat guna, bahkan dapat menjerumuskan, apabila tidak disertai pendidikan kepada masyarakat desa tersebut, bagaimana cara membuat dan memperbaiki alat tersebut. Paling ideal penerapan teknologi tepat guna adalah teknologi yang telah ada pada suatu masyarakat dan perbaikan itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat

Penerapan TTG juga harus mempertimbangkan keadaan alam sekitar. Dapat diartikan bahwa dampak lingkungan yang disebabkan penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) harus lebih kecil dibandingkan pemakaian teknologi tradisional maupun teknologi maju.

AYO....!! BANYAK-BANYAK MEMBACA DI BULAN RAMADHAN

Ditulis oleh Haslizen Hoesin


Pada bulan Ramadhan, setiap hari ke 17 diperingati turun ayat Al Quran, yaitu lima ayat pertama surat Al-‘Alaq. Sekarang tanggal tersebut akan datang dan dilewati begitulah seterusnya. Apa yang terkandung pada surat tersebut. Ternyata bila diperhatikan lebih dalam dan dalam lagi, terdapat tiga kata-kata kunci yaitu bacalah, mengajarkan dan pena. Ketiga kata kunci ini sangat dalam artinya dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan dan penelitian.



  1. Keutamaan Membaca, Belajar Dan Menulis


Membaca, belajar dan menulis merupakan kewajiban dan hal yang utama atau memiliki keutamaan, perhatikan surat Al-‘Alaq. Surat Al-‘Alaq ayat satu sampai lima adalah surat pertama yang diturunkan Allah melalui wahyu kepada Muhammad SAW di guha Hira.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah dan Tuhan-mulah Maha Pemurah (3). Yang telah mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam (pena) (4). Dia mengajarkan manusia tentang apa yang tiada diketahuinya”(5)

Betapa penting membaca, belajar dan menulis, perhatikan Ayat mengenai membaca belajar dan menulis itulah yang pertama turun. Tetapi itu pulalah yang terabaikan bagi sebagian umat islam, berakibat penagnut agama Islam tertinggal dalam mengembangkan ilmu pengetahuanterutama keduanian yang akan di bawa keakhirat, semuanya bersumber dari membaca belajar dan menulis.

Perhatikan ini, membaca merupakan satu upaya untuk memperoleh informasi yang maksimal, cepat dan mudah dari berbagai sumber di berbagai belahan dunia. Bila seorang kurang membaca maka dia akan kurang informasi.

Apakah penafsiran membaca, belajar dan menulis dalam surat Al-‘Alaq? Mari sama-sama kita bahas:

Ayat pertama, Allah memerintah membaca (bacalah) awali dengan Bismillah. Terlihat begitu penting membaca dan harus pula diawali dengan Bismillah. Perhatikan ayat tersebut, perintah pertama adalah membaca ciptaan Tuhan, berarti berpikir tentang keberadaan Allah sebagai pencipta alam. Alam terkembang itu adalah tulisan atau buku Allah yang harus dibaca. Bila berbicara mengenai membaca, seorang yang kurang membaca, maka membaca shahadat, mengerjakan shalat, puasa, zakat dan haji, dilaku-kan hanya berdasarkan kebiasaan. Bila berdasarkan kebiasaan, tentu tidak akan mengerti/memahami tentang maksud dan tujuan dari yang dikerjakan. Pemahaman yang kurang tentang sesuatu yang dikerjakan, akan membingungkan atau bimbang.

Ayat ke dua, menciptakan dan segumpal darah adalah sebuah pernyataan. Pernyataan ini harus dibaca dan dipelajari dengan secara cermat kemudian ditulis. Ciptaan pertama yang harus dibaca, dipelajari adalah yang paling dekat dengan manusia yaitu proses terjadi manusia dari segumpal darah. Pernyataan ini jadikan pertanyaan yang harus dijawab. Dalam penelitian pertanyaan ini disebut permasalahan, kemudian diidentifikasi, diajukan sebagai hipotesis dan dijawab. Ayat ini jelas menganjurkan untuk melakukan pengamatan atau penelitian, terhadap suatu pernyataan.

Ayat ke tiga, perintah membaca dilanjutkan dengan Maha Pemurah. Pemurah, diperlihatkan dalam berbagai bentuk ciptaan untuk dibaca, dipelajari dan hasilnya dimanfaatkan bagi kehidupan. Ya ..., dunia adalah tempat belajar dan memperoleh ilmu, mengembangkan diri dan menyusun ilmu secara bertahap.

Ayat ke empat, mengajarkan diikuti pena. Allah mengajarkan, bagi manusia tentu sebaliknya, yaitu belajar. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Bila seseorang tidak belajar tentu akan ketinggalan atau kekurangan pengetahuan, baik mengenai dunia (di bumi dan di langit) maupun agama (dunia-akhirat

Ayat ke lima, kembali muncul mengajarkan didampingi tidak diketahui. Ayat ini menegaskan untuk belajar/mempelajari yang belum diketahui. Untuk mengetahui dapat dilakukan dengan mengamati atau meneliti. Jadi sangat digalakkan melakukan pengamatan atau penelitian, supaya diketahui apa yang sesunggunya, sehingga akan lebih paham dan yakin tentang keberadaannya.

Dari paparan di atas surat Al-‘Alaq menegaskan bahwa: perintah pertama dan utama dari Allah adalah membaca, belajar dan menulis, bukan melaksanakan shalat, puasa, zakat maupun haji dll. Tentu terdapat rahasia yang terkandung di dalamnya.

Yaa..., sekarang yang jadi permasalah adalah: Kenapa harus membaca, belajar dan menulis? Apa yang mesti dibaca, dipelajari dan ditulis? Apa kegunaan membaca, belajar dan menulis? Menoleh kemasa lalu (baca sejarah), keterampilan/kemampuan dasar yang harus dikuasai sesorang bila ingin berhasil (sukses) adalah membaca, menulis dan berhitung



  1. BACALAH DAN MENGAJARKAN


Bacalah adalah perintah membaca kepada manusia. Mengajarkan berati mem-berikan pelajaran kepada orang lain, sebaliknya orang tersebut belajar. Bila dicermati ternyata belajar adalah bentuk yang lebih dalam dari membaca. Banyak orang berpenda-pat belajar dimulai dari membaca.

Pada membaca dan belajar, terdapat tiga hal yaitu membaca dan belajar tentang yang tersurat, tersirat dan penagalaman:

  1. Membaca dan belajar hal-hal yang tersurat, yang dimaksud adalah berkaitan de-ngan membaca dan belajar terhadap ilmu pengetahuan yang telah ditulis pendahu-lu. Orang yang banyak membaca dan belajar akan terjadi tibunan, tumpukan, akumulasi ketahuan, pengetahuan dan ilmu.

  2. Membaca dan balajar hal-hal yang tersirat, yang dimaksud adalah membaca dan belajar terhadap alam terkembang (sunnatullah), “alam takambang jadi guru”. Membaca dan mempelajari yang tersirat adalah kegiatan melakukan pengamatan/penelitian dan pengkajian berdasarkan pada fakta dan data.

  3. Membaca dan belajar dari pengalaman. Pengalaman adalah guru yang tebaik, begitu bunyi pepatah. Setiap pengalaman akan memberi pembelajaran kepada orang, jangan mengulangi kesalahan yang sama dilain waktu.

  4. Membaca berarti menganalisis. Mengurakan suatu pokok untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman secara keseluruhan

Setiap Sungguh beruntung orang yang suka membaca dan belajar dengan penuh semangat dan kesadaran, orang tersebut akan banyak memiliki ilmu. Jadi membaca dan belajar menjadikan keilmuan meningkat. Kalau ingin berilmu dan maju, harus banyak membaca.

Kalau seseorang membaca, dilakukan berulang-ulang, timbul rasa ingin tahu yang lebih dalam dari apa yang dibaca baik membaca buku atau alam terkembang. Bila keadaan ini telah terjadi, kegiatan tersebut merupakan awal (cikal bakal) atau embrio dari semangat dan keinginan tahu lebih banyak atau meneliti.



  1. MANFAAT MEMBACA


Orang yang suka membaca hal-hal yang tersurat, akan menjadi orang yang kaya akan ilmu pengetahuan. Kegiatan tersebut merupakan pengembangan ilmu bersumber dari ilmu pengetahuan (teori) terdahulu melalui logika (secara deduksi).

Orang yang suka membaca pengalaman orang lain atau sejarah akan mengarah menjadi seorang pengingat atau penasehat kepada orang lain



  1. PENA DAN MENULIS


Pena (kalam) adalah alat tulis, ditafsirkan menulis. Hasil dari menulis adalah tulisan.

Menyampaikan sesuatu ide/gagasan selain dalam bentuk tulisan dapat dilakukan dengan lisan dan/atau diskusi. Tulisan adalah penyampaian ide/gagasan dalam bantuk karangan (fiksi atau ilmiah). Tulisan jauh lebih baik dari lisan karena tulisan lebih lama keberadaannya dibandingkan dengan lisan

Sama dengan membaca dan belajar, pada tulisan terdapat pula tiga hal yaitu me-nulis yang tersurat, tersirat dan penagalaman hasil dari membaca dan belajar.

  1. Menulis hal-hal yang tersurat, adalah menuliskan hasil membaca dan belajar da-ri ilmu pengetahuan atau apa yang telah ditulis pendahulu.

  2. Menulis hal-hal yang tersirat, adalah menuliskan hasil membaca alam terkem-bang (sunnatullah

  3. Menulis pengalaman, adalah memberi pembelajaran kepada orang lain atas pe-ngalaman yang didapat. Setiap pengalaman yang ditulis dapat dievaluasi dan kaji ulang.

Perhatikan negara maju, mereka banyak menulis baik tulisan sendiri atau alih bahasa. Mereka menjadi terdepan dalam pengembangan ilmu. Kalau begitu bila ingin berilmu, harus membaca dan belajar, kemudian ditulis.



  1. MANFAAT MENULIS


Bila hasil membaca dan belajar dari hal-hal yang tersurat dan tersirat tidak ditulis maka pekerjaan membaca dan belajar akan mubazir, karena ilmu yang diperoleh hanya terpendam dalam diri sendiri. Selain itu akan menambah keyakinan dan percaya diri meningkat.

Kata pepatah klasik, Kekuatan pena lebih dahsyat daripada kekuatan satu batalyon tentara. Kekuatan pena juga mampu membuat spasi perenungan buat para pembaca. Tak jarang buah dari renungan tersebut mampu menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu, selain tentunya menge-tahui apa yang sedang terjadi dibalik peristiwa.

Agar tulisan mudah dipahami dan enak dibaca tentu harus mengikuti aturan Aturan tersebut terdapat pada EYD.



  1. BERHITUNG


Membaca memang menghasilkan sesuatu. Selain untuk mengetahui secara kuali-tatif lebih dalam, ingin pula mengetahui kearah kuantitatif. Keinginan mengetahui yang bersifat kuantitatif inilah yang membangkitkan ilmu berhitung (aritmatika). Lihat ke ma-sa lalu, kegiatan membaca dan membaca, membaca dan belajar lebih dalam tentang tulis-an Allah (alam terbentang) yang membangkitkan ketahuan Muhammad bin Ahmad, lebih dalam lagi sehingga dia menemukan angka 0 (nol). Perhatikan apa yang terjadi bila tidak ada angka nol, ilmu-ilmu akan terlambat berkembang. Karena membaca alam Muhammad bin Musa Al Khawarizmi menemukan Aljabar, dasar-dasar matematika persamaan. Al Kawarizmi pulalah yang pertama kali mengungkap konsep Algoritma. Algorithma adalah suatu urutan langkah-langkah penyelesaian yang digunakan dalam bahasa komputer.

Ya..... kalau ingin berilmu dan maju, harus banyak membaca dan belajar berikut berhitung.



  1. MANFAAT BERHITUNG


Berhitung bermanfaat dalam meltih berlogika. Logika sangat banyak digunakan dalam berbagai hal. Logika membimbing manusia kepada suatu kesimpulan yang bisa diperdebatkan. Betul, semua tidak bisa dijelaskan dengan logika, misal cinta. Cinta tidak bisa dibahas dengan logika. Para pakar sepakat logika adalah alat membimbing cara berpikir untuk mencapai sesuatu.



  1. MEMBACA, CARA BELAJAR, MENELITI DAN MENULIS


M. Imaduddin Abdurrahim terkenal dengan Bang Imad, menegaskan, bahwa “memang Al-Quran sangat menggalakkan manusia memperhatikan dan meneliti alam dan menemukan ayat-ayat (sunnah) Allah yang mengatur alam itu”. Ibnu Rusydi, sarjana muslim yang terkenal itu mengatakan, “bahwa alam raya ini adalah kitab Allah yang pertama sebelum kitab-kitab lain yang berbentuk kumpulan wahyu-Nya”. Ya....... gejala alam telah berbicara kepada mereka yang mau mengerti akan ayat-ayat Allah, yang telah dipatuhi alam itu.

Tidak ada batas waktu dalam menuntut ilmu (membaca dan belajar). Hadist nabi menyatakan belajar dimulai sejak dari buaian (ayunan) sampai meninggal atau PBB menyatakan pendidikan sepanjang hidup (long life education).

Dari paparan di atas sari-patinya tertuang dalam kalimat berikut “bacalah dan pelajari, amati atau teliti, yakini, amalkan, kemudian sampaikan dalam bentuk lisan atau tulisan”



  1. Ayo Membaca di Bulan Ramadhan


Jelas sekali tampak dari paparan diatas, bahwa membaca, belajar, berhitung meneliti dan menulis wajib dimiliki untuk semua orang. Manusia wajib membaca, belajar dan meneliti kebenaran ayat-ayat Al Quran dan ayat-ayat Allah yang tersebar dimuka bumi. Hasil membaca (al Quran dan alam terbentang), tentu untuk diterapkan dalam kehidupan t di bumi, menuju masyarakat madani bermuara pada kebahagiaan kehidupan diakhirat yang kelak.

Bila membaca al Quran ber ulang-ulang kemudian diresapi, itu berarti mempelajari (bukan hanya sekadar membaca) untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, kehidupan sosial dan bermasyarakat, untuk mencapai kesejahteraan dalam upaya meningkatkan produksi (pertanian, kehutanan, perkebunan, kelautan, pertambangan), merancang peralatan produksi, transportasi, ekonomi mikro dan makro, perbankkan, pusat perbelanjaan dll., berbasis Islam

Untuk itu ayo/mari membaca Al Quran dari sekarang untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tentu hal ini akan menambah keyakinan kebenaran ayat-ayat tersebut. Membaca tidak hanya di bulan ramadhan, artinya tetap berlanjut bulan-bulan berikutnya. Ya..... perlu penegasan sekali lagi “bacalah dan pelajari, amati atau teliti, yakini, amalkan, kemudian sampaikan dalam bentuk lisan atau tulisan”

Selasa, 28 Oktober 2008

Strategi Biaya Mutu Pendidikan


Ditulih dek Haslizen Hoesin
  1. Pendahuluan

Biaya mutu sedikit diperhatikan oleh lembaga pendidikan. Hal ini disebabkan ka-rena lebih menekankan pada biaya proses belajar mengajar dan biaya-biaya lain secara menyeluruh. Sebenarnya biaya mutu itu tersembunyi pada proses belajar-mengajar dan pelayanan dalam bentuk biaya kegagalan dalam (failure internal) dan biaya kegagalan lu-ar (failure external).

Bagaimana strategi lembaga pendidikan terhadap biaya Mutu? Jarang mereka perhatikan dan dirinci. Untuk itu perlu pemahaman terhadap biaya mutu dan strategi biaya mutu.


  1. Strategi Biaya Mutu

Perhatian lembaga pendidikan muncul terhadap biaya mutu disebabkan akuntan mulai berpikir terhadap mutu produk (kemampuan yang diperoleh peserta didik dan alumni), jadi tidak hanya biaya saja. Apalgi bila lembaga pendidikan mengajukan per-tanyaan. Apa hubungan biaya dengan mutu dan waktu.

Selama ini para akuntan belum menyadari bahwa mutu dapat didekati dengan bia-ya-biaya yang dikeluarkan pada proses belajar-megajar dan jasa, yaitu kegagalan peserta didik atau tidak dapat menyelesaikan studi atau tidak dapat melanjutkan studi ke pendi-dikan berikutnya. Sisi lain, terlihat dari beberapa pengalaman, banyak orang tua dan pe-serta didik tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan lembaga pendidikan sedangkan mereka mengeluarkan biaya yang cukub besar.

Peserta didik dan orang tua merasa kehilangan sesuatu, tidak mendapatkan yang diharapkan dan mereka tidak tahu penyebabnya secara cinci dan jelas. Diakui pula bah-wa pengertian biaya yang dianut (pada umumnya) sekarang tidak dikaitkan dengan mutu produk (kemampuan peserta didik dan jasa pelayanan) yang diberikan lembaga pendidik-an. Biaya mutu tidak dijadikan dasar dalam pengambilam keputusan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan (proses belajar-mengajar).

Sistem pengukuran dalam biaya mutu, yang utama adalah menjadikan mutu seba-gai tujuan strategi pendidikan. Strategi tersebut diantaranya menurunkan biaya, mening-katkan mutu (proses belajar-mengajar dan pelayanan yang diberikan), memperpendek waktu peserta didik mendapat pendidikan yang lengkap.

Strategi tersebut harus memperhatikan strategi biaya mutu sebagai tujuan obyek-tif. Jadi tujuan obyektif itu terdiri dari tiga komponen yaitu mutu, biaya dan waktu, dise-but juga strategi segitiga mutu, biaya dan waktu


  1. Biaya Mutu

Biaya mutu didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dan dihubungkan de-ngan kepuasan pelanggan pada tingkat (level) tertentu terhadap produk (kemampuan alumni dan pelayanan yang diberikan). Sistem biaya mutu bukan merupakan tambahan biaya dari aktifitas menghasilkan produk (kemampuan alumni dan Jasa pelayanan), tapi adalah biaya yang dikeluarkan, diluar biaya kegiatan proses (proses belajar-mengajar) untuk mencapai mutu yang ditetapkan. Itulah yang disebut biaya mutu.

Jadi pada lingkungan pendidikan, kegagalan produk adalah kegagalan peserta di-dik meneyelesaikan studi dan melanjutkan pendidikan.

Aspek yang sangat penting dari matu proses belajar-mengajaer adalah ketidak ha-diran cacat atau kegagalan, artinya tidak ada biaya untuk memperbaiki cacat atau kega-galan, untuk menjadikan konsumen puas. Mutu yang dijadikan ukuran diantaranya ada-lah apa yang ditulis/disajikan pada iklan/promosi.

Bila terjadi peserta didik tidak dapat menyelesaikan pendidikan sesuai dengan ha-rapan, maka dilakukan proses belajar-mengajar kembali sebelum mereka melanjutkan pendidkan pada jenjang pendidikan berikutnya. Keadaan ini termasuk kedalam biaya mutu.

Tujuan dari biaya mutu adalah membantu manajemen (pengelola) untuk memak-simalkan proses belajar-mengajar dan pelayanan yang diterima pelanggan. Jadi bila se-orang peserta didik tidak dapat menyelesaikan pendidikan atau terjadi ujian ulangan, ke-jadian ini adalah menjadi biaya mutu

Biaya mutu dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu biaya pencegah-an, penilaian, biaya kegagalan dalam (internal) dan luar (external).



3.1 Biaya Pencegahan

Biaya pencegahan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meminimumkan peserta didik yang keluar sebelum selesai/lulus (dropout). Biaya pencegahan sering men-jadi biaya yang tidak banyak diketahui dikeluarkan dan memberikan efek ganda terhadap penurunan penilaian dan biaya kegagalan.

Biaya pencegahan diantaranya

    1. Biaya seleksi penerimaan peserta didik,

    2. Biaya pelatihan/kursus pengajar (SDM) maupun peserta didik,

    3. Biaya memotifasi peserta didik.

    4. Biaya pengujian ulang (re.exmination)


3.2 Biaya penilaian

Biaya penilaian berhubungan dengan biaya-biaya aktifitas pendidikan. Biaya pe-nilaian adalah yang berhubungan dengan

  1. Biaya umpan balik

  2. Biaya penilaian terhadap peserta didik yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan.


3.3 Biaya kegagalan dalam

Biaya kegagalan dalam adalah biaya-biaya yang terjadi hasil cacat dan kegagalan dalam, yang memberikan kontribusi kepada kegagalan peserta didik. Kegagalan tersebut memberikan dampak pada kapasitas kelas.

  1. Biaya Sumber daya manusia

  2. Biaya yang dikeluarkan, akhirnya peserta didik gagal,

  3. Hutang piutang peserta dididik yang gagal tidak dibayar.

  4. Opportunity cost akibat kapasitas kelas diisi oleh peserta didik yang mengulang,


3.4 Biaya kegagalan luar

Biaya-biaya kegagalan luar sangat penting diperhatikan, karena biaya ini meng-gambarkan mutu yang dibawa peserta didik kependidikan berikutnya atau di masyarakat. Biaya kegagalan luar meliputi:

  1. Peserta didik sebagai pelanggan:

    1. Uang pendidikan

    2. Pendidikan tambahan mencapai mutu yang diharapkan

    3. Kerugian waktu

  1. Lembaga pendidan lebih lanjut

    1. Tambahan pendidikan untuk menyeragamkan pengetahuan

    2. Kerugian waktu


  1. Pemberi Beasiswa.

    1. Pemborosan bantuan yang diberikan akibat kegagalan lembaga pendidikan

    2. Pemborosan bantuan yang diberikan kepada peserta didik yang gagal


  1. Biaya Mutu Total

Untuk memperoleh gambaran mengenai biaya yang digunakan dalam biaya mutu diperkenalkan biaya mutu total. Biaya mutu total adalah gabingan dari kegagalan luar, dan dalam, biaya penilaian dan biaya pencegahan. Dari keempat biaya tersebut dapat di-buat model biaya mutu total minimum, lihat gambar 1